Mutia memandang laut lepas tanpa batas dihadapannya. Semilir angin utara membelai lembut pori-pori wajahnya, mengibarkan rambutnya yang tergurai lepas tanpa ikatan. Wajahnya kaku , matanya kosong menerawang ingatan hasil ciptaan didemensi waktu yang berlalu.
“Imran, dipantai ini aku menantikan peraduan kasihmu. Dermaga hatiku setia akan perahu cinta sucimu berlabuh. Dahulu, sekarang dan nanti takkan lelah menunggu. Lautan, ombak, camar dan angin utara akan jadi saksi bisu hasrat cintaku kepadamu. Semoga angin utara membisikkan pesan rinduku kepadamu, imran pemilik hatiku “ teriak mutia membelah lautan.
Seberang lautan di kamar kostnya , Imran tersentak dari mimpi dengan memanggil nama Mutia gadis impiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar