Halaman

Jumat, 22 Oktober 2010

Aku dan Polemik Negeriku

lihat cerpenku di cerpen.netMalam ini lagi-lagi aku terpaku menyaksikan siaran berita tentang negeri ini. Sungguh miris hatiku melihat segala polemik yang diderita tanah air tercintaku. Tapi aku hanya bisa berkomentar dalam hati, segala pikiran berkecambuk menjadi satu dalam pikiranku.

“Indonesia ini negara demokrasi atau demontrasi sih..?” bathinku berucap takkala menyaksikan siaran demontrasi berbagai kalangan mahasiswa yang kecewa terhadap kinerja sistem pemerintahan republik ini.
Semua kini telah membuatku bingung. Bingung dengan apa yang dihadapi negeri ini. Mengapa semua harus dihadapi dengan aksi demontrasi, bukan nya demokrasi. Dimanakah letak demokrasi yang selama ini kita bangga kan..? yang manakah tindakan demokrasi yang selalu kita kobar-kobarkan..? apakah ini nilai demokrasi itu..? aku hanya terdiam seribu bahasa untuk menjawab semua buah pikiran yang bermunculan diotakku.
Aku segera bangkit dari tempat dudukku menyaksikan siaran televisi distastiun swasta yang baru saja aku saksikan. Aku telah muak melihat segalanya. Semua hanya masalah yang tak pernah menemui jalan keluar. Rasanya aku malu menjadi bagian dari negeri ini. Negeri yang dulu selalu aku banggakan akan segala pengorbanan darah para pahlawanku untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan. Negeri yang dulu sangat aku idolakan sebagai negeri impian hidupku. Tapi semua berubah, negeri ini benar-benar telah tak ada rasa malunya. Seakan mereka bangga atas segala polemik yang ada di negeri indonesia ini.
Setelah sekian lama aku bertarung dengan segala problem negeri ini yang bersarang di benak ku.Aku merasa sangat lelah. Perang masalah yang ku hadapi ini membuat aku kecapekan. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur, melupakan sejenak segala pikiranku tentang negaraku. Dan aku terlelap dalam mimpiku di negara impianku.



Kukuruyukk…..
Aku terbangun. Suara ayam berkokok yang saling bersahutan menunjukan kebolehannya membuatku tersentak dari alam mimpiku. Walaupun suasana mengantuk dimataku masih menghantuiku dan masih adanya rasa malas meninggalkan singgasana tidurku , tapi aku harus segera bangun demi menuntut ilmu seperti anak-anak remaja indonesia lainnya. Aku menguap sambil mengucek mataku agar segera terbuka. Aku bangkit dan melangkah dengan kaki gontai munuju pintu kamarku. Aku segera mengambil handukku yang digantungkan di balik pintu kamarku. Dan segera bergegas menuju kamar mandi.

Beberapa selang waktu berlalu, aku sudah siap dengan segela perlengkapan sekolahku. aku pun keluar menuju meja makan untuk sarapan pagi bersama keluarga kecilku. Meja makan keluargaku terletak persis diruangan keluarga, jadi disana juga ada televisi yang senantiasa menemani sarapan pagi aku dan keluargaku dengan acara yang disajikannya.
“selamat pagi” sapa ku kepada seluruh anggota keluargaku yang telah siap dengan sepiring nasi goreng dihadapan mereka masing masing
“ selamat pagi” jawab mereka secara serentak
Aku segera menuju tempat dudukku untuk menikmati sarapan nasi goreng kesukaanku.
Aku menoleh kearah televisi yang terletak disudut ruangan ini. Aku kembali terhenyak dengan berita pagi ini. Lagi lagi aksi demo para mahasiswa mengajukan kekecewaan terhadap presiden. Disana terpampang jelas aksi bentrok antara mahasiswa melawan aparat kepolisian yang mencoba mentertibkan aksi demontrasi. Tapi bukannya suasana semakin aman malah suasana semakin memanas karena mahasiswa merasa aparat kepolisian menganggu acara penolakan mereka terhadap pemerintah. Hal tersebut menggambarkan Rasa persatuan yang telah rusak. Aku telah bosan menyaksikan ini semua. Tapi otakku tak sejalan dengan apa yang aku inginkan. Semua kejadian yang kusaksikan terekam jelas dan meminta sebuah penjelasan atas semua kejadian ini. Akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya ke Ayah ku yang duduk didepanku.



“ Ayah, mengapa sih selalu ada aksi demo..?” tanyaku sambil melirik kearah televisi.
Ayah menghentikan aktivitasnya dan menoleh kearahku, sesaat keningnya berkerut seolah menggambarkan dia sedang berpikir.
“ karena mahasiswa tersebut merasa kecewa atas sikap pemerintahan negara kita sekarang” ayah memulai menjawab pertanyaanku
“ mereka ingin pemerintah memperhatikan kesejahteraan rakyat, tapi mereka tidak tahu bagaimana cara yang baik. Mereka tidak berpikir secara dingin. Yang mereka mau Cuma mendengarkan aspirasi mereka, tapi mereka tak mau menuruti prosedur yang lebih baik. Ya beginilah jadinya, demontrasi dimana-mana. Bukannya mendapat pencerahan tapi malah bentrok yang terjadi” ayah mengakhiri penjelasannya.
Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan ayah. Aku mau bertanya lagi. Karena masih seribu pikiran yang ingin aku tahui jawabannya. Tetapi waktu telah menunjukan pukul 06.30. Berarti aku harus segera berangkat kesekolah agar tidak terlambat. Aku segera bangun dari tempat dudukku.
“ aku pergi berangkat sekolah dulu ya Ayah dan ibu “ ucapku sambil menciumi tangan kedua orang tuaku.
“ hati-hati dijalan ya. Belajar yang rajin” jawab kedua orang tua secara bersamaan
Aku pun melangkah keluar meninggalkan rumahku dengan perasaan yang bercampur aduk. Segala permasalahan tadi tak mau hilang dari benakku.



Akhirnya aku sampai disekolahku. Aku bersekolah disalah satu SMA Negeri di kota Pekanbaru ini. Aku segera menuju kelasku yang terletak di tingkat atas. Didalam kelas teman temanku telah banyak yang datang. Ada yang duduk sambil baca buku, ada yang sambil memainkan telepon genggam, ada yang ketawa sambil bercanda, dan ada juga yang bercerita tentang film favorit mereka. Senua menceritakan kehidupan para remaja yang menikmati masa remajanya.

Tak lama kemudian bel tanda pelajaran di mulai berbunyi. Aku duduk dibangku ku yang terletak ditengah-tengah ruangan. Sejenak kemudian guru mata pelajaran pertamaku masuk ke ruang kelas. Hari ini aku belajar kewarganegaraan tentang Pancasila sebagai Ideologi negara. Pelajaran yang sangat ku sukai karena disana akan ada beradu argumentasi.


“ selamat pagi anak anak “ sapa ibu guruku
“Selamat pagi bu “ jawab kami serentak seperti anak TK
“ baiklah buka buku kalian dan baca sebentar halaman 24 nanti akan ibu jelaskan”
“ baik bu “
Aku segera membuka halaman buku yang telah diperintahkan ibu guru ku tadi. Aku mulai membaca dengan serius. Sesekali aku memandang ke arah papan tulis dan berpikir setiap kali ada sepenggalan kalimat yang tak aku mengerti.Akhirnya akupun selesai membacanya.
“ semua sudah selesai membaca ?” tanya ibu guru
“sudah bu” jawab kami seperti anak TK lagi.
“ Baiklah Sebelum ibu menjelaskan ibu akan bertanya terlebih dahulu,menurut kalian apakah masih ada nilai Pancasila di kehidupan masyarakat sekarang..?” ibu guru mulai bertanya
Kami semua terdiam. Mencoba mencari jawaban atas pertanyaan ibu guru tadi. Ibu guru segera melebarkan pandangannya untuk melihat siapakah yang akan menjawab pertanyaan nya tadi. Akhirnya dia mendapatkan orang yang dengan berani menunjukan tangan.
“baiklah agustine, silakan jawab”
“ menurut saya tidak ada bu, karena nilai keadilan dan kemanusiaan telah banyak dilanggar” jawab agustine dengan semangat
“ bagus agustine, pakah ada yang berpendapat lagi ?”
“saya bu” Rana mengancungkan jarinya
“ menurut saya masih ada , karena masih banyak rakyat indonesia yang beragama dan percya terhadap ketuhanan sesuai sila pertama”
“ bagus rana, apa masih ada yang lain?”
Akhirnya aku memberanikan untuk nengancungkan jari
“ baik kamal, menurut kamu apa..?”
Aku memulai untuk memberikan pandangan aku
“ menurut saya masih ada bu, tetapi hanya 20% saja, karena pancasila adalah 5 dasar negara kita, dan sesuai yang rana sebutkan tadi, hanya sila pertama yang masih sering kita jalankan. Selebihnya banyak yang sudah tidak menghiraukannya lagi, seperti tidak ada kata mufakatnya dalam menyelesaikan masalah.” Jelasku mengakhiri pendapatku
“ jawaban yang sangat bagus” terang guruku
“ memang nilai pancasila itu masih ada, tapi hanya sedikit sekali, walaupin begitu kita harus mulai menyadari akan itu, makanya marilah kita mulai saat ini menanamkan nilai nilai ke pancasilaan itu dalam hati kita. Agar kelak kita dapat hidup dalam suasana yang telah dicita citakan para leluhur kita” terang bu guru
Ibu guru mulai menerangkan inti poko dari pancasila sebagai ideologi negara. Aku mendengarkan dengan penuh perhatian. Teman temanku juga begitu, mereka asyik mendengarkan penjelasan dari ibu guru. Tanpa terasa bel tanda berakhirnya pelajaranpun selesai.
“baiklah anak anak, ibu rasa pelajaran kita cukup sampai disini. Ibu harap kalian mulai memyadari akan arti penting pancasila. Dan mulailah untuk mencintai negara kita ini, agar kelak negara kita cintai ini menjadi negara yang maju dan makmur. Tidak akan ada lagi aksi bentrok dimana mana.” Ibu guru memberikan pesan kepada kami
“ baik bu” kami menjawabnya
“ ya sudah, selamat siang”
“siang bu”

Bu guru mulai melangkah meninggalkan kelasnya. Aku duduk sambil berpikir tentang nasihat ibu guru tadi. Dalam hati aku berdoa semoga negara indonesia yang ku cintai ini bisa lebih baik di kemudian hari. Sehingga aku bisa berteriak bahawa AKU BANGGA JADI BANGSA INDONESIA. Amin .


Akhirnya aku menyadari. Tak selayaknya kita menyalahkan negeri indonesia ini atas segala polemik yang tengah dihadapi. Seharusnya kiat mulai mengaca pada diri kita. Sudahkah kita berlaku baik demi negeri ini..? karena rakyatnyalah yang membuat negeri ini hancur. Kalau kita ingin negeri ini maju, maka marilah kita mulai mencintai dan membangun negeri ini dengan rasa cinta dan nilai pancasila. Semoga hari esok negeri ini jadi lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar